Makassar, 27 Oktober 2025 — Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) resmi menggelar Persidangan Sinode Raya (PSR) XXII di Makassar, Sulawesi Selatan, yang berlangsung sejak 26 hingga 31 Oktober 2025. Kegiatan ini menjadi momentum penting lima tahunan bagi GPIB untuk meneguhkan arah pelayanan gereja dan memperkuat peran iman di tengah tantangan zaman.
Persidangan tahun ini mengusung tema besar “Mewartakan Injil dan Menghadirkan Berita Sukacita Kesejahteraan dengan Mengembangkan Teknologi Digital untuk Mewujudkan Iman (Iman dalam Tindakan Nyata)”, yang terinspirasi dari Yesaya 40:3–5. Tema ini menegaskan komitmen GPIB untuk menghadirkan kabar sukacita melalui pemanfaatan teknologi digital dalam pelayanan dan kesaksian iman.
Sebagai forum tertinggi dalam struktur organisasi gereja, Persidangan Sinode Raya dihadiri oleh ratusan peserta yang terdiri dari pendeta, penatua, diaken, dan perwakilan jemaat dari seluruh Indonesia. Turut hadir pula tamu kehormatan dari berbagai lembaga mitra, perwakilan pemerintah, serta gereja-gereja sahabat, yang menjadikan suasana persidangan berlangsung khidmat, tertib, dan penuh semangat persaudaraan.
Agenda dan Tujuan Persidangan
Menurut Pendeta Charles Jandaman Malu, salah satu fungsionaris GPIB, PSR XXII memiliki sejumlah agenda penting. Di antaranya adalah pembahasan dan revisi perangkat teologi gereja, termasuk Tata Gereja, Akta Ibadah, serta kurikulum teologis dan pendidikan iman. Selain itu, persidangan juga akan menetapkan Pokok-Pokok Kebijakan Umum Panggilan dan Keputusan Gereja (PPG) — semacam GBHN gereja — yang akan menjadi arah kebijakan GPIB untuk 20 tahun ke depan.

“Agenda penting lainnya adalah pemilihan dan penetapan kepemimpinan baru Majelis Sinode GPIB untuk masa pelayanan lima tahun mendatang,” ujar Pendeta Charles. Ia menambahkan bahwa semua agenda persidangan telah diatur dalam Tata Gereja dan akan berjalan sesuai ketentuan, kecuali ada hal-hal yang mendesak untuk dibahas lebih lanjut.
Pesan Pemerintah dan Kehadiran Tokoh Nasional
Dalam sesi pembukaan, sambutan Menteri Agama Republik Indonesia, Prof. Dr. K.H. Nazaruddin Umar, M.A., dibacakan oleh perwakilan Kementerian Agama karena beliau tengah menghadiri agenda kenegaraan di Vatikan. Dalam pesannya, Menteri Agama menyampaikan apresiasi dan salam hormat kepada seluruh jajaran GPIB yang terus menjadi mitra strategis pemerintah dalam membangun kerukunan dan kesejahteraan umat.
“GPIB adalah gereja yang matang secara teologis, dewasa secara sosial, dan arif secara spiritual. Gereja ini menunjukkan bahwa iman tidak berhenti di altar, tetapi diwujudkan dalam pelayanan bagi sesama — di sekolah, rumah sakit, lembaga sosial, dan masyarakat kecil,” ucapnya.
Beliau juga menekankan bahwa kerukunan umat beragama adalah wujud tertinggi dari cinta kemanusiaan, dan GPIB telah membuktikan diri sebagai pilar kerukunan nasional melalui dialog lintas iman dan pelayanan sosial yang inklusif.
Dukungan Pemerintah Daerah dan Sinergi Lintas Iman
Acara ini turut dihadiri oleh Staf Ahli Gubernur Sulawesi Selatan bidang Ekonomi dan Kerakyatan mewakili Gubernur, serta perwakilan dari Forkopimda Provinsi Sulawesi Selatan dan Kota Makassar, FKUB, MUI Sulsel, Keuskupan Makassar, dan STFT Intim Makassar.
Kehadiran lintas tokoh agama dan pemerintah ini menjadi simbol nyata semangat toleransi, kebersamaan, dan kolaborasi dalam mewujudkan perdamaian dan kesejahteraan masyarakat.
GPIB di Era Digital: Gereja yang Berdampak dan Adaptif
Melalui tema yang diusung, GPIB diharapkan mampu menjawab tantangan era digitalisasi dengan pelayanan yang lebih inklusif, solutif, dan berorientasi pada kemanusiaan. Gereja diharapkan tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga pusat transformasi sosial dan spiritual yang melahirkan kasih dan pengharapan bagi dunia.
“Sebagaimana harapan Menteri Agama, gereja harus terus menjadi saluran kasih dan berkat, berdampak bagi masyarakat dan dunia,” ujar Pendeta Charles menutup pernyataannya.
Penutup
Pelaksanaan Persidangan Sinode Raya XXII GPIB di Makassar ini menjadi tonggak penting dalam perjalanan GPIB sebagai gereja yang tangguh, terbuka terhadap kemajuan zaman, dan setia pada panggilan iman. Dengan semangat kebersamaan dan kasih Kristus, GPIB diharapkan terus menjadi pelopor perdamaian, keadilan sosial, dan kesejahteraan umat di Indonesia.
Syalom, Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Om Swastiastu, Namo Buddhaya, Salam Kebajikan.
(Redaksi — Makassar, 27 Oktober 2025)
Pewarta : Sari Setiawati












